Lantaran Himaprodi PBSI : Cerpen ‘ De quietly' Karya Nabila Hanan

 “Akan adakah kemerdekaan pada diri ini? bila ada kapan waktunya? jika tiada, mengapa bisa? mungkin memang kenyataan benar berbicara tidak, barangkali aku dinobatkan sebagai manusia paling nelangsa di dunia”. Die quietly – Nabila Hanan

Terlahir dari keluarga tak utuh bukan keinginanku. Jika kejujuran boleh kuutarakan, mungkin aku sedang mengutuk Tuhan, “Oh bisakah aku mati saja! Aku muak dengan panggung sandiwara ini!!”. Aku tidak pernah menginginkan kehidupan. Rambu garis kehidupanku tak jelas, jika kau ingin melihatnya mungkin garis itu terlihat samar atau bahkan memudar. Setiap hari aku selalu dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan pahit, segalanya tak dapat ku bayangkan tentunya jauh dari apa yang aku inginkan. Ketika aku mengharapkan sesuatu, seringkali kehidupan justru berjalan kebalikan dari harapan itu. 

Masih belia bila harus menanggung semua beban keluargaku. Dua ribu dua Felicia Jovan Ray dilahirkan dari rahim seorang Felicia Agnes widjaya, tercatat 19 tahun usiaku. Anak pertama memang selau begitu, dipaksa menjadi tulang punggung akibat perbuatan orang tua yang takbertanggung jawab. Tidakkah ini melebihi kapasitas kemampuanku? Setelah kelulusan bangku SMK aku harus menghidupi dan menjamin pendidikan kedua jagoanku? Oh ini sudah gila. Apa yang harus aku lakukan selain menerima kenyataan pahit ini? Jika bukan aku, siapa pahlawan kesiangan yang akan menyelamatkan nasib kedua jagoanku?

Alarm berdering tepat disamping telingaku, tercatat angka 06.00 di gawai. Mengubah posisi tidurku, sembari memandang potret foto Jovan Ray pada satu pigura yang terletak di sudut lampu tidurku. Jovan Ray, laki-laki brengsek tak tahu diri. Aku sering menyebutnya laki-laki brengsek padahal ia adalah ayah kandungku. Banyak orang mengatakan, sekalipun brengsek ia tetap ayahmu. Persetan akan hal itu, manusia lain tidak akan pernah tau luka dan kesengsaraanku akibat perbuatannya. Menjalani kehidupanku dengan penuh kebencian pada kedua orang tuaku tak membuat hari-hariku tenang. Kebencianku melekat sangat pekat namun setidaknya segala amarahku membuatku kuat. Pribadi yang keras kepala bukan kesalahanku. Aku tidak menginginkan itu. 

Segalanya berlalu sangat cepat, tak terasa tiga tahun sudah aku mengasuh kedua jagoan-jagoanku. Panggil saja Johan Ray dan Gamma Ray. Kini usia Johan genap delapan belas tahun, selisih tujuh tahun dengan Gamma. Bisnis salon kecantikanku semakin maju dan berkembang. Terdapat dua kapster dan satu kasir. Berkat bisnis yang ku rintis tiga tahun silam, aku tetap hidup dan menjamin pendidikan adik-adikku. Johan pribadi yang cerdas dan jenius, ia berhasil menduduki bangku di salah satu Universitas Negeri ternama di Bandung. Peranku sebagai seorang kakak berubah menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi Johan & Gamma. Pendidikanku belum usai, aku memasuki semester lima di Universitas Swasta Bandung. Ya aku mengakui, Johan jauh lebih jenius bisa menjabat sebagai mahasiswa kampus idamanku namun itu bukan masalah besar bagiku. Bahwa setiap anak pasti memiliki kelebihan pada bidangnya masing-masing.

Setidaknya kehidupanku jauh lebih baik sekarang, karir dan pendidikanku berjalan lancar meskipun kisah pertemanan dan kisah cintaku tak berjalan mulus. Aku menjalin hubungan asmara satu tahun lalu bersama laki-laki pekerja keras. Dalam memilih seorang kekasih untuk kujadikan pendampingku nantinya itu cukup sulit, jika aku pekerja keras maka laki-laki itu jauh lebih pekerja keras. Mahardika Putra Brawijaya, kekasihku yang tampan, penyabar,pekerja keras. Usia kami terpaut lima tahun. Dalam menjalani sebuah hubungan, aku hanyaselau berusaha semaksimal mungkin dalam hal apapun entah dalam mencintai, menyayangi,sekalipun mengasihi. Sayangnya satu tahun ini tak berjalan mulus layaknya dongeng-dongengromance pada umumnya. Kekasihku pernah menghianatiku. Akibatnya, rasa percayaku kian memudar. Sebetulnya ia orang yang baik, bahkan ia menyayangi kedua jagoanku dengan tulus. Hanya saja dirinya manusia yang tak pernah puas memiliki satu wanita. Semakin dewasa hanya ingin merasa cukup tenang, lingkup pertemananku sempit. Aku tak mudah memercayai seseorang. Bullying pernah terjadi padaku beberapa tahun lalu, itu sebabnya aku tak inginmenjalin pertemanan luas.

Akhir-akhir ini terasa sangat aneh, aku melakukan hal-hal yang tak biasa ku lakukan. Menyiapkan sarapan adalah tugas Johan, namun aku melakukannya. Mengajak Johan & Gamma dinner, movie time, coffe time, dalam satu waktu sungguh itu hal yang tak biasa kulakukan. Felicia Jovan Ray terkenal keras kepala mendadak menjadi penyabar dengansiapapun. Aku memeluk kedua jagoanku sembari menunggu film dimulai,

“Johan, Gamma, seneng kan malem ini?” pelukku pada kedua jagoanku terasa begitu erat.

“Seneng teh, ga biasanya teteh ajak pergi hahah kan biasanya pacaran” ledek Johan, Gamma asik memakan popcorn caramel kesukaannya.

“Johan kuliah yang bener yaa, kampus kamu bagus banyak anak-anak pinter dan mereka kaya-kaya. Pokoknya kuliah yang bener jangan kenal cewe dulu, teteh gamau pendidikanmukeganggu. Jaga Gamma baik-baik ya Jo, kadangkala teteh gabisa sepenuhnya urus Gamma. Oh iya teteh buka usaha foto kopi di Jl. Sudirman, samping kampus kamu Jo. Kelola itu baik-baik ya Jo buat Johan sama Gamma. Tabungan teteh habis nekat buat buka usaha itu Jo, jadi teteh pengen kamu belajar Kelola itu baik-baik buat Jo sama Gamma”. Ucapku

“Hebat banget teh, kok teteh ga kasih tau dulu kalo mau buka foto kopi juga?” ucap Johan heran.

“Kamu tau kan Jo, teteh gasuka banyak bicara hahah yang penting aksinya aja yakan?! Gamma ih asik makan popcorn ga dengerin tetehnya ngomong! Huh cubit sini anak kecil!!” jawabku sambil mencubit pipi Gamma.

“Mohon perhatian pintu teater tiga telah dibuka, kepada seluruh penonton yang telah memilikitiket silahkan memasuki teater tiga”

“Yuk masuk teh udah bunyi”, ucap Gamma sumringah.

Hari itu menyenangkan sekaligus melelahkan.

***

“Minggu ini cerah ga kaya biasanya, hmm ayang aku libur ga yah? coba ah ajak jalan” batinku.

“Morning sayang, hari ini free ga? Cerah banget nih jalan yu aku jemput deeh” , sent a message.

“Morning jg syg, aku hari ini libur tp harus handle laporan di kantor”. Reply a message.

“Yaaah yaudah deh sayang lanjut. Semangat sayang. Miss you so bad!!”, sending.

“Oh iya sayang, jaga Kesehatan yaa kalo kamu jauh sama aku, makan yang teratur jangan sampe telat, sekalipun kerjaanmu banyak. Love you darllll!!!”, sending.

“Satu lagi sayang, maaf ya selama aku sama kamu sering cerewet gangguin kerjaan kamu, kadang suka marah-marah ga jelas kalo lagi kangen, aku nyebelin kann? Tapi inget sayang klo aku ga ada kamu pasti nangis kesepian hahah! Canda sayang”, sending.

“Kebiasaan Putra diemin chat berjam-jam baru dibales”, batinku.

***

Minggu cerah ini kuputuskan untuk menghabiskan waktu sendiri. Mulai dari self love perawatan rambut, kuku, kulit, hingga self reward. Aku menghargai kerja kerasku dengan belanja, menabung, dan makan makanan yang aku sukai. Hari mulai gelap, kusegerakan pulang untuk bertemu kedua jagoanku. “Tumben banget sih gue abisin duit banyak biasanya mah sayang banget”, batinku.

Terlintas dalam benakku, “Bukan masalah besar terlahir dari keluarga yang berantakan. Bukanmasalah besar sering terhianati teman. Dan bukan masalah besar cintamu lebih besar ketimbang kekasihmu, jangan takut untuk pergi jangan takut untuk sendiri. Selama aku masih layak selama aku masih menarik, dan selama aku masih mampu, hadapi. Mungkin itu satu part terkecil dalam kehidupan yang harus aku jalani”.

Seperti hilang kendali hilang kesadaran, akibat lamunanku mobil yang ku kendarai dengan kecepatan 80km/jam oleng lantas menabrak truk besar dari lawan arah.

Aku mengalami kecelakaan hebat, truk dengan kecepatan 100km/jam tidak bisa menghindari mobilku. Bagian depan mobil yang ku kendarai hancur lebur, bisakah kalian membayangkan bagaimana keadaanku?

“Kini aku tidak membenci siapapun, jika engkau mengambil jiwa ini sekarang, aku akan pergi dengan tenang”. Hanya kalimat itu yang aku ingat sebelum aku tidur untuk selamanya.

***

Beberapa tahun silam aku bertanya pada Tuhan, akan adakah kemerdekaan pada diri ini? jawaban dari semua itu adalah mati dengan tenang. Untuk Johan dan Gamma, teteh sayang banget sama kalian dan teteh juga tau kalian sayang banget kan sama teteh? Maafin teteh sering ngomel gajelas, kalo teteh marah bukan berarti teteh ga sayang sama kalian. Rasa sayang teteh ke kalian melebihi apapun. Semangat mengejar apapun yang kalian cita-citakan, maaf teteh gabisa temenin kalian lama-lama. Teteh tetep kasih semangat walaupun kita udah beda dunia, teteh tau Johan dan Gamma anak laki-laki yang kuat. Johan arahin Gamma yaa, jangan bertengkar terus. Gamma harus nurut sama Abang Jo, kalo ga nurut sama Abang Jo nanti teteh yang sedih, Gamma gamau kan liat teteh nangis? ehe. Untuk Mahardika Putra Brawijaya, maafin aku ya sayang. Maaf aku tinggalin kamu duluan. Kamu sadar kan kalo rasa sayangku jauh lebih besar daripada kamu? tapi gapapa sayang, janjiku selalu berusaha semaksimal mungkin dalam mencintai siapapun. Aku harap, cukup aku wanita terakhir yang pernah kamu sakitin, jangan pernah sakitin cewe-cewe yang tulus nantinya setelah aku. Aku gamau tau kamu nyakitin cewe tulus. Kamu semangat kerjanya semangat kembangin usaha kamu, aku tau kamu jauh lebih hebat dibanding aku. Aku sayang banget sama kamu, tapi apa boleh buat? kita udah beda dunia. Janji sama aku, nangis sehari aja yaa jangan lama-lama ehe. Untuk Jovan Ray & Feicia Agnes Widjaya Aku lahir di dunia ini karena kalian. Dulu aku sangat membenci hidupku, bahkan sempat aku tak ingin menjalani hidupku. Dahulu aku sangat membenci kalian, sekarang perasaan itu menghilang. Aku tidak membenci perceraian diantara kalian, perpisahan itu membuatku tangguh membuatku kuat menghadapi deru-deru kehidupan. Pah, Mah, tugasku di dunia sudah selesai. Aku hanya ingin berpesan, jaga kedua jagoanku. Namun bisakah kalian menggantikan tugasku dengan menjalankan tugas kalian masing-masing sebagai ayah dan ibu dari adik-adikku?

Tuhan, apakah pesanku kepada mereka bisa tersampaikan?

Kau terlahir bukan tanpa alasan, terkadang ada satu pesan dari Tuhan yang harus kau selesaikan. 

-Nabila Hanan

Komentar