Selasa (12/9) suara gemuruh terdengar
dari Auditorium Universitas Tidar. Pagi itu, Himpunan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himaprodi PBSI) menggelar Seminar
Sastra bertema “Membangun Sikap Toleransi Melalui Pengajaran Sastra”.
Acara tersebut dihadiri oleh sastrawan nasional Sosiawan Leak dan
pengajar sastra andal Maria Utami sebagai narasumber.
Setyo Herbi, Ketua Panitia, mengatakan
acara tersebut merupakan agenda rutin Himpro PBSI. Gelaran seminar
sastra kali ini memiliki tema tersebut mengingat Negara Indonesia saat
ini sedang dihadapkan pada permasalahan perihal toleransi, khususnya
dalam hal agama.
“Dengan kasih sayang kita simpan bedil dan kelewang,
kutipan puisi Rendra tersebut menggambarkan toleransi yang sangat
tinggi. Sikap lembut dan kasih sayang merupakan fondasi utama
toleransi,” kata Sosiawan Leak saat membuka materi. Selanjutnya,
sastrawan asal Solo tersebut menjelaskan sikap toleransi dapat dibangun
dengan kebebasan berekspresi dan tidak memaksakan kehendak.
Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari
Untidar, Universitas Muhammadiyah Malang, dan ISI Yogyakarta ini semakin
semarak setelah narasumber kedua M.A. Utami Eko Putranti memberikan
penjelasan pengajaran sastra yang menarik melalui penggunaan majas
dengan metode unduh kata. Guru Bahasa Indonesia berprestasi asal
Kabupaten Semarang tersebut menekankan bahwa melalui sastra seorang guru
dapat mengajarkan toleransi kepada peseta didiknya.
Dengan Sastra, Kita Bangun Toleransi
Sejak acara dibuka oleh Prof. Dr.
Sukarno, M.Si, Dekan FKIP, kemeriahan acara memang sudah sangat terasa.
Apalagi, bengkel seni juga menampilkan teater yang sangat memukau
ditambah puisi Makna Cinta yang dideklamasikan dengan penuh penghayatan
oleh Sosiawan Leak. Sastrawan Bambang Eka dan Maria Utami juga turut
membacakan puisi pada akhir acara tersebut.
Leak mengatakan toleransi perlu dibangun
dengan fakta artistik dan imajinatif dalam suatu karya sastra agar
menarik untuk dinikmati. Beliau juga menambahkan beberapa karya sastra
sudah dibangun untuk mengajarkan toleransi, seperti novel Ayah karya
Andrea Hirata, Gajah Mada: Madakaripura Hamukri Moksa karya Langit
Kresnadi Hariadi, dan Puisi TIga Perempuan Membawa Tuhan karya Maman S.
Mahayana.
Beberapa mahasiswa mengaku seminar
tersebut sangat menyenangkan. “Saya mendapatkan banyak sekali informasi
tentang manfaat belajar sastra sehingga makin tertarik untuk membaca
karya sastra,” kata Widya Mega Anggara, Mahasiswa PBSI Semester 1.
Koordinator PBSI, Rangga Asmara, M.Pd., berharap Himaprodi selalu
konsisten untuk mengadakan acara yang bermanfaat menguatkan profil
lulusan, seperti kajian satra semacam ini. WJ
Acara semacam ini memang sangatlah dibutuhkan untuk digelar karena acara ini menjadi salah satu jalan untuk memperkenalkan dan menambah pemahaman mahasiswa terhadap dunia sastra indonesia.. Is the best.!!!!!!
BalasHapuswow, pokoknya jaya terus buat Himaprodi PBSI Untidar