CULUN
Cerpen karangan M. Yusrin Reza
Matahari sudah mulai menuju puncaknya. Suasana kelas yang begitu hening dengan hanya suara spidol yang terdengar, dan sedikit suara murid-murid yang berbicara secara lirih agar tidak terdengar oleh guru. Keheningan itu dibubarkan oleh suara bel yang menandakan waktunya untuk istirahat. Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Rangga Dwijaka, biasa dipanggil Angga oleh teman-teman di sekolah maupun rumah. Tinggiku 173 cm, dan aku mempunyai rambut yang lumayan panjang hingga menyentuh bahu. Aku seorang siswa kelas 12 di SMA Inti Bumi, SMA favorit di kotaku, bahkan bisa dibilang SMA terbaik di Pulau Jawa. Walaupun SMA ku merupakan SMA favorit, anehnya di sekolah ini tidak ada aturan mengenai rambut, jadi banyak siswa yang mempunyai model rambut yang bebas.
Jam istirahat merupakan waktu favoritku karena aku bisa pergi ke kantin dan makan nasi goreng buatan ibu kantin yang enaknya mungkin melebihi keenakan masakan Chef Ronald. Ketika aku sedang berjalan menuju kantin, terdengar suara wanita yang memanggil namaku.
“Anggaaaaaa!!!”, suaranya menggema dari ujung lorong
“Angga! Tunggu aku”, suaranya diiringi suara langkah kaki yang semakin mendekat.
“hah..hah..akhirnya kekejar juga kamu ngga”, suaranya terengah-engah seperti habis lari maraton 5 kilo. Sosok cewek ini adalah teman masa kecilku bernama Rina Kinansih, atau lebih akrab dipanggil Ryn. Dia berparas cantik dan memiliki postur yang ideal, bahkan bisa dibilang montok dengan pantat yang cukup semok dan dada yang berukuran besar, mungkin sekitar 40 E. Dia kerap dijuluki sebagai “Nyai” karena kecantikan dan kesexyan tubuhnya.
“Ngga...angga...HOI ANGGA..denger nggak? Kok malah melamun, liatin apa?”, teriaknya
“Ohh, iya Ryn, ada apa?” Jawabku kaget.
“Kan..kan..ngga dengerin, aku ngikut ke kantin ya” Lanjut Ryn
“Oh oke, ayok” Jawabku.
“Yuklah, tapi kamu yang bayarin ya..hehe..” ucapnya sambil menarik tanganku berlari menuju kantin.
Kalau boleh jujur, ketika berjalan berduaan dengan Ryn, aku merasa tidak nyaman karena sosok kami itu bagai cahaya dan bayangan. Selain itu, aku juga tidak enak dengan Ryn, karena tiap jalan berdua, pasti ada saja anak yang bergosip ketika kita lewat. “lihat lihat..beauty and the beast dunia nyata lewat”, “Kok bisa sih Ryn deket-deket dengan dia, ew”, “Jasmine lagi jalan bareng Abu hahahaha” dan masih banyak lagi. Tetapi Ryn sepertinya tidak memedulikannya.
Ketika kami sedang berjalan menuju kelas setelah dari kantin, terdengar suara dari pojokkan lorong memanggil nama Ryn. “Ryn, sini” itu adalah suara Satria, cowok terpopuler di sekolah karena tampan dan berpostur tubuh ideal, bahkan dia juga cukup terkenal di luar sekolah karena dia adalah seorang artis muda. Ryn pun bilang padaku untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, lalu dia pergi menemui Satria. Aku lalu meninggalkan Ryn dan menuju ke kelas sendirian karena bel sudah berbunyi.
Hari sudah cukup sore, dan aku langsung pulang ke rumah karena memang aku ada kegiatan setelah sekolah. Ketika aku melewati taman sekolah, aku melihat Satria dan Ryn sedang berdiri di samping bangku. Ternyata Satria menembak Ryn saat itu, dan tiba-tiba Ryn memanggilku untuk ke sana. Ketika aku sampai di sana, Ryn langsung bilang “Kalau wajah dan sifatmu itu seperti Angga, mungkin aku akan mempertimbangkannya.” Muka Satria langsung berubah saat itu dan suasananya menjadi tidak nyaman. Ryn langsung menarikku dan mengajak jalan sampai halte dekat sekolah. Aku sempat menoleh ke arah Satria dan dia menatap Ryn dengan tatapan sedih tapi tersenyum. Sesampainya di halte aku berpisah dengan Ryn karena rumah kami tidak searah. Sesampainya di rumah aku disambut oleh seluruh anggota rumah.
“Selamat datang Bos!” ucap seluruh anak buahku.
Oh iya, aku belum bercerita ya, aku adalah ketua dari geng preman Cakar Serigala. Sebenarnya aku masih belum sah menjadi ketua, tapi karena ayahku telah meninggal karena penyakit kankernya, aku diangkat menjadi ketua dari geng ini. Masih banyak yang aku harus pelajari sebagai pemimpin dari sebuah geng yang bergerak di dunia bawah ini. Seluruh penghuni sekolah tidak ada yang tahu tentang hal ini, bahkan Ryn pun tidak tahu mengenai siapa aku di rumah, karena memang dulu ketika kami berteman, keluargaku mempunyai rumah “normal” di daerah sini. Ibuku sedang berada di luar negeri karena keperluan bisnis, dan aku masih tidak tahu kapan dia pulang.
“Jono, apa agendaku setelah ini? Tolong kosongkan jadwal untuk jam 10 ke atas, aku mau mengerjakan PR soalnya” ucapku ke asisten pribadiku yang bernama Jono sambil mengikat rambut dan melepaskan seragamku. Tampaklah seluruh tato bergambar serigala dan naga berbentuk buta dan seluruh bekas sayatan, jahitan, dan luka bakar yang disebabkan oleh ayahku selama proses latihanku menjadi seorang calon penerus.
“Untuk agenda Bos hari ini ada bertemu dengan ketua geng Beruang Hitam untuk transaksi ganja, sabu-sabu, dan ekstasi. Lalu ada jadwal untuk kunjungan ke rumah bordil pada pukul 9, lalu ada...”
“Aku benci untuk ke rumah bordil itu, nda tahan dengan bau dan suasana erotisnya.. huek.. untuk rumah bordil, aku serahkan saja kepadamu, kau urus semuanya.”
“Baik bos. Ada satu lagi, kita ada pertemuan dengan Mr. McTono Smarno mengenai permasalahan sengketa wilayah tempo hari.”
“Aaah bertemu dengan orang itu lagi ya...sedikit menyebalkan tapi.. okelah nanti aku akan menemuinya, sekarang aku mau mandi dulu dan bersiap-siap.” Ujarku sambil mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai dengan seluruh agendaku malam itu, aku langsung menuju kamar dan merebahkan diri. “Haaah...akhirnya selesai juga kegiatan hari ini, rebahan bentar abis itu lanjut ngerjain PR, kalau sampe lupa, bisa dihukum sama Bu Nanda.” Ujarku sambil menidurkan badan di kasur.
*Ting
“Eh ada chat dari Ryn, tumben chat malem malem gini”, kataku dalam hati.
“Ngga, besok ada acara sepulang sekolah? Aku mau ngajak kamu makan nih, soalnyakan besok ulang tahunku hehe..”
“Besok ya...”
“Jangan bilang kamu ngga bisa? Kamu lupa ya sama ulang tahunku”
“Iyaa Nyai...mana mungkin aku lupa. Besok aku tidak ada acara, mau makan di mana?”
“Nyai..nyai..gundulmu...besok aku kasih tahu, pokoknya tempat makannya enaaaaak banget”
“Okedeh, awas saja kalau ngga enak”
“Iya iya, bawel”
“Ngga kerasa besok ulang tahunnya Ryn, kado yang sudah aku siapkan 1 bulan lalu akhirnya bisa dikasih, besok aku juga akan bilang kalau aku su...” Ucapku sebelum aku terlelap karena sudah terlalu capek.
Besok paginya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, berjalan ke pinggir jalan, naik bis, dan sampai di halte deket sekolah dengan selamat. Kegiatan di sekolah berjalan seperti biasanya dan tentu saja aku dimarahi Bu Nanda habis-habisan karena lupa mengerjakan PR, namun anehnya, tatapan orang-orang padaku berubah menjadi jijik, biasanya memang seperti itu, tetapi saat itu terasa lebih jijik lagi dari biasanya dan aku tidak tahu kenapa. Hal yang lebih aneh lagi, aku belum bertemu dengan Ryn sampai pulang sekolah. Biasanya dia selalu mencariku saat jam istirahat, tapi kali ini tidak ada. Aku chat pun dia tidak membalas, di baca saja tidak. “Apa Ryn sakit lalu tidak masuk ke sekolah?” ujarku dalam hati. “Aku ke rumahnya ajalah, takut ada apa-apa”, ujarku lagi mengingat kejadian kemarin.
Ketika aku sedang berjalan ke halte, ada orang yang menarikku dari samping ke gang sempit dan membekap mulut dan hidungku dengan sapu tangan, lalu tak lama kemudian aku tidak sadarkan diri. Sedikit demi sedikit, kesadaranku mulai pulih, dan aku melihat sebuah ruangan dengan banyak tumpukan besi dan kayu yang aku tidak tahu di mana, dan juga aku melihat banyak cowok, mungkin berjumlah 10-15 orang. Ketika kesadaranku sudah mulai pulih, ternyata aku diikat di kursi dengan tali tambang. Ketika penglihatanku mulai jelas, aku melihat Ryn yang sedang tidak sadarkan diri dan di sampingnya ada Raka, sang preman sekolah yang dari tadi sedang mengelus-elus wajah Ryn sambil tersenyum.
“Lihat...sang pangeran buruk rupa sudah sadar hahahah” ucap salah satu orang yang ada di sana dan diikuti tertawa oleh semua orang.
“Hei, angaa..”, terdengar suara yang tak asing.
“Angga, sebelah sini” aku melihat Satria yang terikat juga di sebelahku.
“Sat, kita di mana? Dan mereka itu siapa?”
“Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya di sebuah gudang, yang jelas aku cuma tahu ada Raka saja.”
Tiba-tiba Raka datang dan menghampiri kami, sambil tersenyum.
“Pangeran buruk rupa dan Pangeran tampan sudah terbangun dari tidurnya”, ujarnya sambil tertawa melihat kami.
“RAKA... apa maksudmu mengikat kami begini? Dan apa yang kau lakukan kepada Ryn di sana?” ujar Satria sambil menaikkan nadanya.
Raka hanya tersenyum dan kembali mendekati Ryn yang masih tidak sadarkan diri. Raka menjilati wajah Ryn dengan penuh nafsu dan mulai menggerayangi tubuhnya mulai dari leher, dada, lalu turun ke paha. Lalu Raka membuka paksa pakaian Ryn sehingga terlihat pakaian dalam Ryn dengan jelas, para cowok yang tadinya tertawa itu langsung melihat tubuh Ryn. Aku yang tadi sudah cukup menahan amarah, sudah tidak tahan lagi melihat tingkah mereka.
“RAKAAAAAAAA!!!!!!!!!!” teriakku dengan suara lantang, tapi salah satu orang langsung menghampiriku dan menendang wajahku hingga aku terjatuh. Tak lama setelah itu 2-3 orang menghampiriku dan mulai menginjak-injak diriku yang tersungkur di lantai. Ketika aku sedang dihajar, aku melihat dengan sekilas-sekilas kalau Ryn sedang di perkosa saat itu oleh 5 orang lebih. Ketika sedang diperkosa, Ryn sadarkan diri dan langsung berteriak dan memberontak.
“Arrghhh...lepassinn...arrrghh”, ujar Ryn kesakitan..namun teriakan itu sontak berhenti karena salah seorang itu memasukkan kelaminnya ke mulut Ryn. Tiba-tiba Raka menyuruh salah satu orang untuk membawa Satria ke depan guna menyaksik, dan adegan itu lebih dekat. “Bawa si pangeran itu ke sini” ujar Raka. Ketika Satria sudah berada di depan Raka, Ryn berteriak “Satria..tolong sat.. huwaaaaaa” teriak Ryn sambil meneteskan air mata.
Tapi, aku terkejut ketika Satria berada di sana, ikatannya di lepas, dan dia berbalik ke arahku sambil tersenyum. Lalu Satria menarik Ryn, dan dia menggendong Ryn menuju ke arahku. Saat tiba di depan mukaku, Satria memperkosa Ryn persis di depanku.
“Kalau aku ngga bisa memiliki Ryn, ngga ada yang boleh termasuk kau” Ujar Satria sambil tertawa
“BANGSAAAATTTTTT” Teriakku kencang dan membuat semua orang di sana terdiam.
Satria menyuruh Raka untuk membuka ikatanku agar aku merasa lebih tersiksa karena tidak bisa apa-apa melihat teman masa kecilnya diperkosa di depannya. Saat aku berdiri, aku langsung menghajar Raka yang ada di belakangku hingga tersungkur. Seluruh orang di sana kaget, karena mereka tidak ada yang menyangka hal itu. Tiga orang langsung menghampiriku dan memukulku, tapi tidak ada yang kena satu pun. Salah seorang yang datang tidak sengaja menarik bajuku dan membuatnya robek. Seluruh bekas luka yang ada di tubuhku terlihat dengan jelas, bahkan tato serigala dan naga yang ada dipunggungku terlihat dengan sangat jelas.
“Aaaah...padahal aku tidak ingin memperlihatkan ini kepada orang luar, tapi malah jadi seperti ini, menyusahkan” ujarku sambil membersihkan sisa-sisa baju yang sobek di tubuhku.
“Maaf ya Ryn, kamu harus melihatku dengan wujud seperti ini, dan maaf telah menyembunyikannya selama ini” kataku sambil melihat ke arah Ryn
“Tunggu sebentar ya, aku akan ke sana” tambahku sambil mengikat rambutku.
Aku pergi ke arah tasku yang tergeletak di dekat tumpukan besi untuk mengambil sebilah Wakizashi, sebuah katana berukuran pendek sekitar 30 cm. Aku selalu membawa itu di dalam tas yang telah aku sembunyikan karena itu perintah mendiang ayah dari dulu. Ketika aku mengambil Wakizashi, Satria berteriak padaku “Apa yang kau lakukan ha?!”, tanpa pikir panjang aku langsung berbalik arah dan berlari ke arah orang-orang yang ada di sana untuk menghajar mereka semua, terutama yang sudah menyentuh Ryn. Satu demi satu aku tebas bagian tubuhnya dengan pedangku, tapi aku selalu menghindari titik vital sehingga tidak akan ada pendarahan yang banyak. Untuk ukuran anak SMA, sayatan kecil saja sudah menjadi rasa sakit yang luar biasa. Satria yang melihatku seperti itu, melempar Ryn ke tanah dan mencoba untuk lari ke luar. Melihat itu, aku langsung melemparkan pedangku dan mengenai kaki Satria. Aku pergi menghampiri Ryn dan menutupinya dengan kain yang kupungut di dalam gudang. “Tunggu sebentar lagi” kataku sambil menutupi tubuh Ryn dan kulihat Ryn menangis tersedu-sedu. “Sudah, tidak akan ada yang berani menyentuhmu lagi” kataku. Lalu aku pergi menghampiri Satria yang terjatuh dan gemetar setengah mati.
“Bagaimana rasanya?” kataku sambil tersenyum. Lalu aku menghajar Satria dengan membabi buta mengingat apa yang dia lakukan kepada Ryn. 15 menit telah berlalu semenjak aku menghajar Satria, wajahnya sudah babak belur tidak karuan, tubuhnya penuh luka lebam dan sedikit bekas sayatan. Melihat Satria yang sudah tidak sadarkan diri itu, aku langsung kembali menghampiri Ryn.
“Ayo kita pergi dari sini” kataku sambil mencoba menggendong Ryn.
“hiiks...hiiks..” Ryn mengangguk sambil menangis.
Ketika aku hendak menggendong Ryn, terdengar suara sirine polisi yang semakin mendekat. Ternyata si Satria brengsek itu memanggil polisi ketika aku sedang menutupi Ryn dengan kain. Mendengar suara sirine, aku hanya berpesan kepada Ryn, “apa pun yang terjadi, ini bukan salahmu, jangan salahkan dirimu, jangan sakiti dirimu, dan tetaplah hidup”. Aku lalu pergi menuju pintu depan gudang, “Kau masih berhutang traktiran makan Ryn” ucapku sambil berjalan. “Oh iya, maaf baru sempet ngucapin. Selamat ulang tahun dan aku suka padamu... Ryn.” Ucapku sambil membalikkan wajah dan tersenyum ke arah Ryn dengan bermandikan cahaya sirine dan lampu mobil polisi.
-Selesai-
Komentar
Posting Komentar