Lantaran Himaprodi PBSI: Cerpen 'Mimpiku Mimpi Buruk' karya Ajeng Shara

 Mimpi-Ku Mimpi Buruk

Mimpi buruk bagi Naafesa gadis asal Boyolali yang mempunyai mimpi mulia namun nahas harus menjadi mimpi buruk yang tak kunjung bangun. Naafesa terkenal pandai, suka menolong, namun dia tidak suka bicara. Naafesa pemberani namun dia lebih memilih diam daripada harus berbicara, karena tidak ada teman bicara. Naafesa hidup bersama pamannya Aldari yang tidak memiliki hasrat dengan wanita, sehingga pamannya tidak menikah, kedua orang tuanya meninggalkan Naafesa karena Naafesa dianggap anak yang tidak diinginkan. Ibu Naafesa Sudengurl ketika mengandung Naafesa sangat mengharapkan anak lelaki karena harus meneruskan perusahaan ayahnya, suami Sudengurl yaitu Aathif juga sangat berambisi memiliki anak lelaki. Saat kandungan bari berusia 2 Minggu, Sudengurl dan Aathif telah memberi nama bagi bayi yang masih didalam kandungannya, yaitu Abbiyya. 

Tibalah pada waktu persalinan, tidak seperti yang mereka harapkan, bayi yang ditunggu-tunggu tidak dapat meneruskan perusahaan ayahnya, dan nama Abbiyya-pun tidak bisa digunakan karena yang Sudengurl lahirkan adalah anak perempuan. Sudengurl dan Aathif hanya sekali melihat wajah buah hati pertamanya kemudian diasingkan ke adik kandung Aathif yang tidak mau menikah alibinya untuk menemani Aldari dirumah jikalau kesepian. Bejatnya Sudgurl dan Aathif tidak mau memberi nama kepada buah hatinya dan langsung membawanya ke rumah Aldari dan tidak pernah menjenguknya. 

Selama Naafesa tinggal bersama pamannya Aldari, dia hanya dianggap sebagai pembantunya saja. Tidak diberi kasih sayang karena memang pamannya sama sekali tidak ada rasa belas kasihan dengan wanita. Walau demikian Naafesa tetap menyayangi pamannya dan merawat pamannya yang memikiki riwayat penyakit jantung. Saat duduk dibangku SD dan SMP, Naafesa harus membiayai sekolahnya sendiri, dengan menjadi asisten guru kelasnya. Tidak hanya itu Naafesa harus bekerja keras dengan berjualan dipasar sebagai pembawa barang belanjaan demi pendidikannya. Walaupun Naafesa mendapatkan beasiswa namun dia juga memiliki keinginan keras mewujudkan mimpinya menjadi perawat. 

Hidup Naafesa penuh perjuangan dan rintangan sampai ia duduk dibangku SMK, dimana beliau berkesempatan belajar di SMK keperawatan. Mimpinya semakin tampak dengan diterimanya di SMK dengan jurusan yang dia impikan. Dalam menjalankan  Naafesa sangat fokus belajar sampai dia tak mempunyai teman kecuali Daara. Daara sahabat Naafesa selama duduk di bangku SMK sangat baik kepada Naafesa.

Sedari awal masuk SMK mereka sudah kemana-mana berdua. Daara lahir sari keluarga orang berada dan keluarganya sangat menyayangi Daara. Sangat berbeda dengan Naafesa yang nyaris tidak pernah merasakan kasih sayang dari keluarganya.  Naafesa sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Daara, bahkan mamahnya sudah menganggap Naafesa sebagai keluarganya sendiri. Nafeesa merasa sangat bahagia akhirnya dia mendapat kasih sayang seorang ibu, walaupun itu hanya ibu temannya. Suatu ketika Naafesa diajak Daara bermain kerumahnya dan bertemulah dengan orang tua Daara. 

Mamah: "Sama siapa Nak?"

Daara: "Hallo mahhh, kenalin ini sahabatku satu-satunya di SMA, namanya Naafesa" 

Naafesa: " Sore Tante aku Naafesa, sahabat Daara. Salam kenal Tante"

Mamah: " Hallo Naafesa, kamu tinggal dimana?"

Naafesa: " Tinggal di Asrama Tante, aslinya di Kampung Bayeman, Boyolali"

Mamah: " Wah anak rantau ya... Yasudah, kalau kamu butuh apa-apa gausah sungkan ya, anggep aja mamah sendiri. Daara juga jarang banget ngajak temennya main kerumah"

Daara: " Hmmmm Daara kan gaounya temen mah, gaada yang mau temenan sama Daara "

Greekk... Pintu kamar terbuka dan ayahnya keluar dari kamarnya..

Papah: " Tidak apa-apa mungkin mereka iri dengan kekayaan kita" 

Hening

Papah: "Hallo nak, aku papahnya Daara, makasih ya dah mau temenan sama anak saya, gausah minder biasa aja disini, anggep rumah sendiri"

Naafesa: " Hi om, hehe iya om terima kasih banyak"

Daara: "Yuk naik kelantai atas, ke kamarku."

Mamah: " Kalau dah lapar, suruh bibi nganter makanan ke kamar ya daar" 

Daara: "Siap mah, aku sm Daara ketas duku ya pah, mah"

Begitu bahagianya hati Naafesa untuk pertama kalinya diperlakukan seperti anak. Setibanya di kamar Daara, Naafesa memeluk Daara dan tak berhenti meneteskan air mata bahagianya.  Dengan kebingungan Daara bertanya kepada Naafesa kenapa dia menangis, dan Naafesapun menceritakan bahwa dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayah dan ibunya, karena dia tinggal bersama pamannya yang juga tidakmenyayanginya. Mendengar cerita tersebut Daara menenangkan Naafesa dengan teteap memeluknya dan menghiburnya, bahkan Daara juga mengatakan " Anggap saja aku ini adikmu, dan kedua orang tuaku adalah orang tuamu". Mendengar hal tersebut Naafesa merasa lega dan tenang. 

Naafesa yang tinggal di asrama sering diberi makan oleh orang tua Daara, dan Daarapin juga sering tidur di asrama, begitu sebaliknya, jika hari libur Naafesa sering tidur dirumah Daara. Mereka saling membantu dalam segala hal. Terutama Daara yang snagat baik tidak pernah segan membantu Naafesa. Namun, tiba di hari libur Ahad, Naafesa tidak bisa bermain dirumah Daara karena harus pindahan kamar asrama, namun tiba-tiba Daara mendatangi Naafesa dengan tergesa-gesa dan menangis tersedu-sedu dipelukan Naafesa. 

Naafesa: " Kamu kenapa Daar? Ada masalah apa? Kenapa kamu menangis histeris?"

Daara tetap menangia dan tak menghiraukan ucapan Naafesa

Naafesa: " Yauda cerita kalau sudah tenang ya, sekarang duduk jangan berdiri nanti capek, aku bikinin minum dulu ya"

Daara: "Tetap disini temani aku Naaf, aku tidak ingin minum"

Naafesa: " Ada apa sebenarnya?"

Daara: " Mamah Naaf, malam-malam menangis tidak mau membuka pintu"

Naafesa: " kamu udah cek kamar mamahmu? Apakah mamah papahmu baik-baik saja? papahmu dimana? apakah mereka sedang ada masalaj"

Daara: "Aku udah berusaha mengetuk pintu dan memanggil mamah , namun hanya mendengar suara tangisan mamah, aku coba buka pintu kamar tidak bisa Naaf, aku bingung harus gimana, Papah sedang kerja diluar kota"

Naafesa: " Yaudah ayo kerumahmu, jangan biarkan mereka sendirian Daar takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi."

Daara: " Lalu kamarmu gimana? Kan lagi mau pindahan?"

Naafesa: " Udah gapapa nanti malem aku beresin, Ayo cepetan"

 Mereka pergi berdua menggunakan angkutan umum dengan Daara yang masih tertekan, dan Naafesa yang berusaha menenangkan. 

Setibanya di rumah Daara, ternyata Mamahmya sudah meninggal dan sedang diotopsi oleh pihak yamg berwenang. Daara pucat tidak bisa berkata, bahkan air mata tidal bisa keluar dari matanya. Nafeesa tetap mencoba menenangkan Daara dan bertanya ke petugas yang mengotopsi mamahnya. 

Naafesa: "Pak, dimana pembantu-pembantu yang lain?"

Petugas: "Sedang dibawa ke kantor polisi menjadi saksi pembunuhan."

Daara: " Apa? Pembunuhan? Siapa yang membunuh Mamah saya?"

Petugas: " Ada seseorang yang menyelinap masuk kekamar Mamahmu, kemudian Mamahmu diperkosa lalu dibunuh "

Mendengar penjelasan petugas, Daara langsung menangis histeris. Naafesa berusaha menenangkan Daara dan menahan tangisnya. 

Satu minggu telah berlalu, setalah diusut tuntas ternya pembunuhnya adalah orang yang kabur dari Rumah Sakit Jiwa. Orang itu memiliki dend kepada keluarga Daara karena pembunuh itu pernah hutang kepada Papahnya dan mendapat bunga yang sangat besar, karena tidak dapat membayar bunga beserta utangnya, pembunuh itupun menjadi gila dan dilarikan ke Rumah sakit jiwa. Walaupun sudah di diagnosis mengidap penyakit gila, pembunuh masih hafal betul wajah keluarga Daara dan masih menyimpan dendam. 

Daara yang mulai hidup normal dan tetap harus melakukan ujian kelulusan SMK. Daara dan Naafesa dinobatkan menjadi murid teladan yang cerdas di SMK keperawatan itu. Daara dipindahkan ke Magelang untuk bekerja di Rumah Sakit Umum Tidar Magelang. Sedangkan Naafesa ditempatkan di Rumah Sakit Jiwa Moegen Bekasi. Terpaksa kedua sahabat tersebut pisah, karena mewujudkan mimpinya. Mereka berjanji akan tetao berhubungan baik walaupun harus terpisah jam kerja yang jauh. 

Masuk kerja pertama Naafesa, disambut dengan tatapan sinis, diberi gurauan hambar, ditambah perkataan yang menyayat hati. 

Dokter senior: "Karyawan baru? Sanggup kerja disini? Kalai satu hari nggak sanggup jangan dipaksa! Ini rumah sakit jiwa, beda dengan rumah sakit umum lainnya! Paham nggak?"

Nafeesa: "Paham dok. Saya mampu, dan sanggup karena mimpiku menjadi perawat"

Percakapan oertama dengan dokter menguat hati Naafesa sedih dan teringat masa kecilnya, karena selama 3 tahun ini Naafesa selalu diperlakukan baik oleh keluarga Daara sehungga jarang mendengar ucapan yang tidak masuk nurani. 

Suster: " Orang baru ya? Kalau disini ga siap jadi oranh jahat mending gausah disini"

Naafesa: " Maksudnya jadi orang jahat?"

Suster: " Rasain sensasinya disini "

Heran, bingung, dan khawatir bercampur didalam pikiran Naafesa. Ada apa dengan Rumah Sakit Jiwa ini? Mengapa Pasien lantai bawah seperti orang gila nakun hanya diam tidak ada perilaku yang tidak wajar? Lalu mengapa dilantai 3 semua pasien dengan kondisi sehat? Dan ada apa di lantai paling atas tidak boleh dimasuki? Mengapa asrama perawat jadi satu rumah sakit ini, yang berada diruangan bawah tanah?. Pertanyaan itu terus mendiami pikiran Naafesa. 

Tepat selama 3 Bulan Naafesa kerja di RSJ dengan oenuh pertanyaan dan tekanan, dia tidak memiliki teman sama sekali, karena memang dilarang berteman sesama karyawan RSJ, sungguh aneh peraturan di Rumah Sakit ini. Karena sudah tidak tahan lagi, Naafesa memberanikan diri untuk mencari tau dimulai dari mengintrogasi pasien. Dengan berbekal masker diwajah dan pakaian karyawan piket Naafesa nekat menanyai pasien dari lantai bawah yang hanya bisa diam, dan jawabannya sama seperti yang dia duga yaitu (hening). Tidak menyerah Naafesa naik ke lantai 3 menanyai pasien yang tinggal di rumah sakit jiwa namun dalam keadaan sehat. Semua Pasien itupun menutup mulut namun ada 1 kode dari salah satu pasien lelaki yang mengatakan:

Pasien: "Jangan cari tahu nanti mati!"

Naafesa: "Ada apa Sebenarnya? Kau ini sehat atau punya gangguan penyakut jiwa?"

Pasien: "Sehat, jika kau masih punya nurani jangan bekerja disini, atau kau akan mati"

Naafesa: "Kau tau yang sedang aku cari tau saat ini, cepat kasih tau aku, akan kuusahakan walau nyawaku taruhannya!"

Pasien: "Kau cantik, masih gadis, pulanglah dengan keluargamu, jangan hidup dineraka dunia ini!"

Naafesa: "Beri aku petunjuk, kumohon!"

Pasien: "Bukalah ruang CCTV di lantai paling bawah dekat lift. Sudah keluar dari kamar ini, jangan usik aku lagi!"

Naafesa: "Siapa namamu? Kenapa gadis sepertimu menuadi pasien jiwa disini? Mengapa kau selalu menggunakan masker?"

Pasien: "Aku  korban pemerkosaan ditempatku bekerja 2 bulan lalu, dokterku memerkosaku dan mengubah cerita bahwa aku kena gangguan mental, kemudian dilarikan kesini"

Naafesa: " Apa maksudmu? Jadi Rumah sakit ini tidak hanya berisi manusia yang punya penyakit jiwa?"

Pasien: "Aku tidak mau ikut campur dalam masalahmu, sepertinya sudah cukup yang ingin kau dapatkan dariku, sekarang keluar dari kamarku!"

Mendengar ujaran dari pasien yang waras itu, Naafesa bingung sekaligus ambisi mengetahui seluk beluk rumah sakit ini semakin menggebu. Sesampainya ia menyelinap di ruangan CCTV, dia menemukan banyak kejanggalan aneh dirumah sakit ini. Naafesa melihat banyak pasien yang datang kemudian dialihkan antara ke lantai bawah atau atas, dimana pasien lantai bawah adalah pasien yang sering kejang-kejang dan berperilaku aneh, sedangkan pasien lantai atas hanya berisi beberapa pasien namun dalam keadaan sehat. Ternyata setiap malam secara bergantian terjadi praktek penanganan pasien di lantai paling atas yang tidak ada orang yang diperbolehkan masuk. Pasien yang keluar dari ruangan rahasia itu selalu kenbali dalam keadaan pingsan atau kejang-kejang, padahal ketika masuk pasien itu terlihat sehat. 

Setalah melihat kejanggalan itupun, Nafeesa kembali ke kamar Halmaira. Namun, Halmaira tidak ada dikamarnya. Karena sudah hampir pagi, banyak karyawan yang mulai bergantian tugas, maka Naafesa bergegas kembali ke asrama dan pura-pura tertidur pulas. Paginya, Naafesa kembali mencari  pasien dilantai 3 karena khawatir dia diajak ke ruang rahasia. 

Naafesa: " Semalam setalah aku pergi, kamu kemana? "

Halmaira: "Sudah kubilang, jangan ikut campur urusanku, akupun tidak mau ikut campur urusanmu"

Naafesa: " Sebenarnya kamu ini siapa? Mengapa ruanganmu tidak terdeteksi CCTV?"

Halmaira: "Aku aman tinggal disini tidak akan mati disini, namun kamu jika masih mau hidup dan tinggal disini jangan pernah ikut campur urusan ini, alangkah baiknya jika kamu masih punya nurani jangan menginjak rumah sakit ini lagi"

Naafesa: "Sejak masuk rumah sakit ini dokter dan karyawan juga bilang begitu, namun aku tetap disini karena inilah mimpiku, menjadi perawat "

Halmaira: "Orang bodoh!"

Setalah berkali-kali Nafeesa berusaha menekan Halmaira agar menceritakan tentang rumah sakit ini, tidak ada hasil yang didapatkan, akhirnya Naafesa mencari tau sendiri. Kembali malam hari, Naafesa beraksi mencoba masuk ruangan CCTV dan mendapatkan pasien yang berada dilantai 3  mencoba keluar rumah sakit, dan membawa masuk 5 orang lelaki asing yang menggunakan pakaian hitam. Melalui CCTV, Naafesa memantau gerak-gerik pasien itu, terlihat pasien  dan gerombolan masuk ke ruangan dokter diam-diam dan memata-matai dokter yang sedang piket malam, tak disangka dokter tersebut bersama 2 orang suster. Namun sangat disayangkan tindakan pasien itu hampir diketahui suster, kemudian pasien dan gerombolan lelaki menyelinap keluar rumah sakit, dan kembali ke kamarnya.  Naafesa terkejut melihat tindakan pasien itu, ternyata Naafesa dan pasien itu memikiki tujuan yang sama, yaitu memata-matai. Naafesa pura-pura tidak tahu tindakan semalam.

Pagi-pagi rumah skait digegerkan dengan hilangnya 1 dokter dan 2 perawat, Naafesa menduga itu ulah pasien lantai 3. Kemudian Naafesa bergegas ke kamar pasien lantai 3 dan memiliki tujuan mengintrogasi maksud dan tujuannya, Naafesa masuk kamar tanpa menggunakan masker, dan pasien terkejut.

Pasien: "Naafesa?"

Naafesa: " Kau tau namaku? Kau ini siapa? Semalam aku melihatmu menyelinap membawa 5 orang lelaki masuk kerumah sakit ini, paginya kita digegerkan dengan hilangnya dokter dan pasien yang kau mata-matai semalam! Kau ini intel?"

Pasien: (sambil membuka masker) " Aku Daara sahabatmu! Aku diperkosa dokter bajingan seminggu setelah aku bekerja disana Naaf! Aku diasingkan disini! Dan aku tahu, siapa dokter bejat yang memerkosaku! Dia adalah orang yang menyamar menjadi orang gila yang membunuh mamahku! Bangsat!!! Dokter itu pemilik rumah sakit neraka ini Naaf, dan sekarang dia belom ditemukan! Kamu pergi dari ini kamu tidak akan aman disini Naaf!" 

Naafesa: "Biadab! Mari kita cari tahu bersama daar! Aku akan membantumu! Menangkap dokter siluman itu!"

Pasien: "Cukup ikuti alurnya, aku sudah memiliki rencana, dan aku bakalan aman disini, jika kau ingin membantuku, cukup jangan pernah minim vitamin yang diberikan kepada karyawan dari rumah sakit ini, karena itu mengandung zat yang membuatnya hilang ingatan dan mudah dicuci otak!"

Naafesa: "Aku selalu meminum vitamin yang mamahmu berikan berkardus-kardus itu, sehingga vitamin yang diberi rymah sakit selalu aku buang ke kloset"

Pasien: " pintar, nanti malam aku akan hancurkan rumah sakit ini, dan kamu tidak usah memata-matai karena akan sangat berbahaya"

Pura-pura mendengarkan ucapan sahabatnya, Naafesa tetap mengikuti gerak-gerik Daara karena ingin membantunya. Daara kembali heraksi bersama 5 gerombolannha dan menculik semua dokter dan pejabat bejat dirumah sakit itu, dokter-dokter dan karyawan bejat yang terlibat penyalahgunaan kekuasaan itu dikumpulkan Daara di gudang Rumah sakit bersama 5 gerombolan yang ternyata intel dan pasukan kepolisian. Rencana Daara hampir berhasil, hanya kurang mengambil dokter bejat yang memerkosa Daara dan mamahnya. 

Dara beserta 5 gerombolan itu memasuki ruangan dokter bejat itu, namun tak disangka, bukan dokternya yang kaget melainkan Daara kaget melihat tangan dokter memegang pistol yang diarahkan ke Naafesa. Tak disangka Naafesa berniat membantu Daara mencari dokter bejat itu. Malangnya, Nafeesa malah menjadi bahan untuk menyelamatkan nyawa domter bejar dari Daara dan gerombolannya. 

Daara: "Kembalikan sahabatku"

Dokter: "Buang seluruh bukti itu, atau kubunuh sahabatmu" 

Perkelahian dimulai antara 5 gerombolan yang ternyata polisi itu dengan  dokter bejat. Naafesa dan Daara mencari tempat yang aman, untuk bersembunyi, namun domter bejat itu yang hampir ditangkap, ia tak mau tinggal diam dan melemparkan tembakannya ke Daara, karena dokter itu sangat dendam dengan Papahnya Daara yang pernah menolak adik kandungnya dan malah menikah dengan mamah Daara, sehingga adik kandungnya menjadi gila dan bunuh diri. Namun beruntungnya, tembakan itu tidak terkena oleh Daara, karena ada sahabatnya yang melindunginya. Ya, Naafesa terkena tembakan dari dokter bejat itu, dan meninggal dipangkuan sahabatnya. 

Akhir kata, Rumah sakit jiwa itu dialihkan menjadi rumah sakit umum. Disitulah Daara bekerja dan melanjutkan mimpi sahabatnya.

Komentar