Raharja di Kerongkongan
Rakyat Jelata
Karya: Clarissa Dianputri
Aksara-aksara lepas dari untaiannya
Suara-suara pun lerah dari keriuhannya
Bukan semua menjadi tak jelas
Bukan kebenaran menjadi bias
Justru kita telah menyaksikan surga yang dirampas
Lihatlah wajah negeriku!
Tak hanya Puncak Jaya Wijaya yang menjulang dari bumi Pertiwi menjadi pemandangan gani,
namun tulang belulang pun menjulang dari 27 juta tubuh rakyat kecil penghuni negeri
Tak hanya Teluk Tomini yang luas lengkung busurnya masyhur di Nusantara,
namun lengkung diafragma perut bocah-bocah yang menggantungkan tangannya di bawah lampu merah pun tak kalah masyhurnya
Katakan kepadaku! Rawa pada manik mata mana yang tak banjir menyaksikannya?
atau tenggorokan mana yang masih sanggup mengalirkan udara jika itu adalah tanah airnya?
Sebongkah janji hanya pembesar hati dan berujung sebagai delusi
Berdesakan menyumbat kuping bahkan merogoh glotal kami
Kami pun tuli dan bisu menyaksikan ulah para penjarah di negeri sendiri
Sungguhkah mereka buta dengan selaksa peristiwa yang ada?
ataukah mereka mati rasa dengan nasib rakyat jelata?
Mereka bangun surga meski di bawahnya mengalir air mata rakyat penuh terenyuh
Bahkan mereka nyenyak tidur di dalamnya meski bunyi keroncongan perut rakyat bergemuruh gaduh
Apakah sejahtera bagi para petinggi hanya bisa didapat dengan mengeruk jatah kami?
Suara kami dibungkam
Kritik kami ditikam
Kebebasan kami dikekang
dan kemakmuran bagi kami hanyalah bualan tanpa agunan
Komentar
Posting Komentar