Kuman Raksasa
Karya: Nada Sagita Nurani Fals
Makanan manis seperti permen, cokelat, yupi, cup cake dan es krim merupakan makanan kesukaan orang banyak terutama anak-anak, termasuk Doni. Doni merupakan anak umur 8 tahun, kelas dua SD Negeri Harapan Bangsa yang sangat menyukai makanan manis, hampir setiap hari Doni selalu makan permen dan cokelat atau makanan manis lainnya. Doni juga jarang menggosok giginya ketika mandi dan menjelang tidur di malam hari. Ayah dan Ibu Doni selalu mengingatkannya untuk tidak memakan permen, cokelat, dan makanan manis lainya secara berlebihan, bahkan Mbak Siti yang bekerja di rumah Doni juga sering mengingatkan Doni untuk rajin menggosok giginya. Meskipun banyak orang-orang disekitarnya yang selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan giginya, Doni tetap tidak menghiraukan pesan tersebut, dan sering makan makanan manis dengan sembunyi-sembunyi, baik sedang di sekolahan maupun di rumah.
Bel sekolah berbunyi dua kali “kring.. kring..” menunjukan pukul 09.00 WIB saatnya Doni dan teman-temanya istirahat sekolah. Ketika istirahat sekolah, Doni membeli permen dan cokelat dalam jumlah yang banyak di kantin, karena Sari sering melihat Doni makan makanan manis secara berlebihan, Sari pun menyapa Doni.
“Wah... Doni kamu membeli permen dan cokelatnya banyak sekali”. Sari mengucapkan dengan suara terkejut.
Doni pun menjawab “Iya Sari, aku membeli sebanyak ini karena aku suka permen dan cokelat” dengan menunjukan sekantung keresek hitam kepada Sari.
Lalu Sari menjawab “Itu bakalan kamu habiskan sendiri Doni? Atau kamu juga bagikan ke teman-teman?”.
“Ini akan aku habiskan sendiri Sari”, jawab Doni dengan menali keresek hitam yang berisi permen dan cokelat.
Lalu Sari berkata “Apakah aku boleh minta satu Doni?”, sambil melirik ke kantung kersek yang dipegang Doni.
Lalu Doni menjawab “Kalau kamu mau permen beli sendiri saja Sari, jangan minta ke aku, ini kan permenku, aku tidak mau berbagi denganmu’.
Sari pun menjawab “Dasar pelit kamu Don, awas saja kalau aku punya makanan aku tidak mau memberimu”.
“Biarin, aku bisa beli sendiri”, ucap Doni sambil menjulurkan lidah ke Sari.
Lalu Sari menjawab “Awas gigimu sakit Doni, kata mamaku kalau banyak makan permen dan cokelat bisa menyebabkan gigi berlubang dan menjadi sakit loh”.
Doni pun berkata “Ah tidak mungkin, makanan enak gini enggak mungkin bikin sakit gigi, bilang aja karena kamu enggak aku kasih permen, kamu jadi bilang begitu iyakan?”.
Lalu Sari menjawab lagi “Dikasih tau malah enggak percaya, yasudah, sakit gigi baru tau rasa kamu Don”, lalu Sari pergi meninggalkan Doni.
Kemudian saat pulang sekolah Doni masih kepikiran dengan perkataan Sari tadi mengenai kalau banyak makan permen dan cokelat bisa menyebabkan sakit gigi dan gigi berlubang. Dalam hati Doni berkata apa benar ya yang tadi Sari bilang? Ucapan Sari sama seperti apa yang ibu dan ayah selalu katakan ke aku.
Ketika pulang sekolah Doni dijemput oleh Mbak Siti dengan menggunakan sepeda keranjang bewarna merah muda. Mbak Siti adalah orang yang selalu menjemput Doni dan menjaga Doni ketika Ayah dan Ibu Doni bekerja menjadi guru di SMA Pelita Bangsa, Ayah dan Ibu Doni selalu pulang kerja pada sore hari. Di perjalanan pulang menuju rumah Doni bertanya pada Mbak Siti.
“Mbak apa benar kalau banyak makan permen dan cokelat bisa menyebabkan gigi berlubang?”, suara Doni kali ini terdengar cemas.
Mbak Siti menjawab “Iya nak Doni betul itu, penyebab gigi berlubang karena banyak makan makanan manis seperti permen, cokelat, cup cake dan tidak hanya itu saja nak Doni, jarang menyikat gigi itu juga bisa menyebabkan gigi berlubang lo”, sambil sedikit ngos-ngosan karena sedang mengayuh sepeda warna merah mudanya.
Lalu Doni melanjutkat pertanyaanya “Memangnya kalau gigi berlubang itu sakit ya mbak?”.
Mbak Siti menjawab “Iya nak Doni rasanya sakit sekali dan lama sembuhnya, kalau sampai parah giginya bisa sampai dicabut oleh dokter nak Doni”.
Doni masih melanjutkan pertanyaannya “Gigi Mbak Siti pernah lubang enggak?”.
Lalu Mbak Siti menjawab “Dulu waktu Mbak Siti masih kecil Mbak Siti pernah sakit gigi dan menangis karena tidak bisa menahan rasa sakitnya nak Doni”.
Doni pun terdiam setelah mendengar jawaban dari Mbak Siti yang menakutkan.
Setelah sampai di rumah, Doni merenung memikirkan perkataan Mbak Siti dan Sari. Doni yang tadinya sering mengabaikan pesan ibu dan ayahnya sekarang mulai merenungkannya dan ketakutan dengan perkataan Mbak Siti dan Sari, tetapi tetap saja Doni masih menghabiskan permen dan cokelatnya yang tadi ia beli di sekolah saat jam istirahat, seperti biasa Doni menghabiskan makananya di dalam kamar sendirian, agar tidak ada yang tahu kalau Doni sedang makan permen dan cokelat, meskipun mata Doni terlihat sayu karena sudah waktunya tidur siang, Doni tetap melanjutkan makan cokelat dan permenya sambil menahan rasa ngantuknya yang semakin menjadi-jadi, hingga akhirnya rasa kantuk itu tidak bisa tertahankan lagi.
Tiba-tiba setelah menghabiskan permen dan cokelatnya, Doni pun pergi ke gudang penyimpanan cokelat dan permen yang berada di rumahnya. Doni terkejut melihat gudang itu dipenuhi dengan tumpukan permen dan cokelat yang begitu banyak dan menjulang tinggi, hanya Doni-lah yang memegang kunci gudang tersebut, tidak ada satupun yang tahu mengenai gudang cokelat itu. Doni mengunci dirinya di gudang itu, agar tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaannya termasuk ibu, ayah dan Mbak Siti. Di gudang coklat itu Doni sangat bahagia karena dia bisa menikmati cokelat dan permen kapan pun, serta tidak ada yang bisa mengganggu dan melarangnya. Puluhan cokelat dan ratusan permen sudah Doni habiskan pada hari itu juga, bungkusnya pun dibuang berserakan. Doni juga enggan berbagi kepada temannya, dan dia tidak mau keluar dari gudang itu, karena Doni takut jika dia meninggalkan gudang itu nanti ada yang mengambil cokelat dan permen miliknya. Karena rasa takut jika cokelat dan permennya diambil orang lain, Doni pun mengunci dirinya di gudang itu, dan membuang kuncinya ke tumpukan cokelat dan permen agar tidak ada yang bisa menemukan kunci itu, dan tidak ada yang bisa membuka pintu gudang itu.
Beberapa jam kemudian Doni merasa kenyang, dan saat itulah tiba-tiba tumpukan permen dan cokelat di dalam gudang itu berubah menjadi raksasa yang bentuknya menyerupai serangga. Doni terkejut melihat cokelat dan permen itu menjadi satu, dan berubah menjadi raksasa yang menyeramkan dan ingin menyerangnya. Doni mencoba melarikan diri dan berusaha membuka pintu gudang itu tetapi tidak bisa, karena pintu itu sudah Doni kunci, dan kuncinya sudah Doni buang ke tumpukan permen dan cokelat tadi. Doni bergegas mengambil sapu lantai yang berada di gantungan belakang pintu. Doni mencoba melawan kuman raksasa itu dengan memukulnya menggunakan gagang sapu.
Doni berbicara dengan nada tinggi yang diselimuti rasa takut “Kamu siapa raksasa jelek?”
Raksasa itu pun menjawab “Hahaha... Aku adalah kuman raksasa yang menyerang gigi sehat” dengan bangganya raksasa tersebut memperkenlkan dirinya.
Doni pun terkejut dan kembali bertanya “Apa maumu wahai kuman raksasa jelak?”.
Kuman raksasa itu menjawab “Aku ingin menyerang gigi anak-anak kecil yang suka makan permen, cokelat dan makanan manis lainya secara berlebihan”.
Doni terkejut dan semakin ketakutan dengan jawaban kuman raksasa tersebut, lalu Doni memberanikan diri untuk berkata “Aku tidak suka makan cokelat, permen dan makanan manis lainnya, jadi kalau kamu mau menyerang aku, kamu telah salah orang raksasa”.
Kuman raksasa menjawab “Berani-beraninya kamu membohongi aku wahai bocah cilik”.
Doni menjawab “Aku tidak berbohong padamu kuman raksasa”.
Kuman raksasa menjawab “Hahaha jika kamu tidak suka permen, cokelat dan makanan yang manis lainya, lalu kenapa mulutmu belopatan cokelat? Lalu lihatlah di sela-sela gigimu juga terdapat sisa-sisa cokelat! Tidak hanya itu, coba lihat di sudut tembok gudang, ada sampah bungkus cokelat dan permen milik siapa itu? Tidak ada orang lain selain kamu di gudang ini wahai bocah cilik”.
Doni tercengang melihat dan mendengar kuman raksasa itu murka karena telah dibohonginya. Doni terdiam dan sedang berpikir untuk mencari jawban lain.
Kuman raksasa itu bertanya kembali pada Doni “Kenapa kamu diam saja wahai bocah cilik? Ayo jawab! Benarkan itu sampahmu dan sebenarnya kamu menyukai cokelat dan permen iya kan?”
Doni gugup karena takut ketahuan bahwa dia menyukai cokelat dan permen, kemudian Doni mengelak lagi “Bukan itu bukan sampahku! Aku tidak suka cokelat dan permen wahai kuman raksasa jelek”.
Kuman raksasa menjawab “Hahaha aku tidak percaya padamu wahai bocah cilik, sekarang juga aku akan menangkapmu juga”.
Lalu Doni berlari ke sudut ruangan gudang itu untuk menghindari tangkapan kuman raksasa, setelah beberapa menit menghindari serangan dari kuman raksasa Doni pun terjatuh karena kelelahan berlari kesana-kemari.
Kuman raksasa berkata “Hahaha akhirnya aku akan mendapatkanmu juga wahai bocah cilik, hahaha kali ini aku tidak akan melepaskanmu”, salah satu tangan raksasa itu menangkap Doni.
Doni pun berteriak “Tidakkk, ampuni aku kuman raksasa, aku tidak akan memakan permen dan cokelat dalam jumlah banyak lagi”, sambil merengek minta diturunnkan.
Kuman raksasapun membuka mulutnya lebar-lebar dan akan memakan Doni.
“Tidakkkkkk” teriak Doni yang terbangun dari tidurnya, dan suara itu mengagetkan Mbak Siti, sehingga Mbak Siti yang sedang menyetrika bergegas menghentikan kegiatan menyetrikanya dan berlari kencang ke kamar Doni dan berkata “Ada apa nak Doni?”, Doni pun menjawab dengan wajah bingung karena habis tertidur “Emmm tidak ada apa-apa Mbak Siti”, dan Mbak Siti berkata “Oalah syukurlah nak Doni kalau tidak ada apa-apa, Mbak Siti itu sampai kaget kirain nak Doni ada apa-apa, soanya tadi teriaknya kenceng banget nak Doni”.
Doni tersenyum kepada Mbak Siti lalu mengatakan “Iya mbak, maaf ya Mbak Siti, soanya Doni habis mimpi buruk mbak”.
Mbak Siti mendekati Doni dan berkata “Tidak apa-apa nak Doni, memangnya nak Doni habis mimpi apa sampai teriak-teriak seperti itu?”
Doni menjawab “Doni habis mimipi kuman raksasa mbk, Doni takut mbak”.
Kemudian Mbak Siti memeluk Doni dan berkata “Tidak apa-apa nak Doni itu hanya mimpi, dan tidak mungkin terjadi, jadi jangan takut ya, nak Doni kan anak pemberani jagoannya ayah, ibu, dan Mbak Siti”.
Doni pun berkata “Iya mbak, mulai sekarang Doni juga bakalan nurut kalau disuruh sikat gigi mbak”.
Mbak Siti menjawab “Nah gitu dong kan anak pinter” sambil melepaskan pelukannya dan mengmbilkan segelas air putih di atas meja dekat tempat tidur Doni “Nih nak Doni diminum dulu air putihnya”.
Doni menjawab “Terima kasih Mbak Siti”, sambil mengambil gelasnya.
Setelah Ayah dan Ibu Doni pulang dari mengajar dan beristirahat sejenak, mereka bertiga duduk-duduk di ruang televisi dan bercerita “Doni, ada cerita apa hari ini? Gimana sekolahnya?”, suara ibu memulai pembicaraan santai di sore hari.
Doni menjawab “Seperti biasa bu, seru-seru saja hari ini di sekolah, dan kebetulan hari ini tidak ada tugas rumah bu”, dalam hati Doni berkata ada apa dengan gigiku kenapa rasanya seperti sedikit linu, perasaan tadi baik-baik saja.
Lalu ayah menyambung pembicaraannya “Walaupun tidak ada tugas kamu tetep harus belajar Doni, biar pinter seperti ayah hehe”.
Doni menjawab “Iya ayah”.
Lalu ibu melanjutkan percakapan yang tadi “Selain itu di rumah ada cerita apa lagi hari ini?”
Doni menjawab “Oiya ayah ibu, tadi Doni tidur siang, terus tadi Doni mimpi buruk, kalau ada kuman raksasa yang mau menyerang Doni, karena Doni sering makan permen dan cokelat setiap hari ayah ibu”, sambil menahan rasa linu pada giginya.
Ibu bertanya pada Doni “Apa? Sering makan cokelat dan permen? kok ibu tidak pernah tau nak, kalau kamu sering makan permen dan cokelat tiap hari”, dengan wajah heran dan kaget.
Doni menjawab “Iya ayah, ibu maaf ya Doni memang sering sembunyi-sembunyi kalau makan permen dan cokelat, karena Doni takut kalau dimarahin ayah dan ibu, Doni sering makan cokelat dan permen ketika istirahat sekolah dan di dalam kamar ketika pulang sekolah”.
Ayah menjawab “Doni, ibu dan ayah tidak melarang Doni untuk makan cokelat dan permen, asalkan makanya jangan berlebihan, jangan setiap hari makan permen dan cokelat karena nanti bisa menyebabkan gigi berlubang dan sakit”.
Ibu berkata “Iya nak betul kata ayahmu, selain itu kamu juga harus rajin gosok gigi supaya enggak ada sisah makanan yang tertinggal di gigimu, karena sisah makanan yang tertinggal di gigi bisa menyebabkan sarang kuman dan bakteri. Jadi mulai sekarang kalau makan permen dan cokelat enggak usah sembunyi-sembunyi ya, dan satu lagi jangan berlebihan makan permen dan cokelatnya”.
Doni menjawab “Iya ibu, ayah, Doni sayang kalian, maafkan Doni ya ayah dan ibu”, Doni sambil bergantian memeluk ibu dan ayahnya.
Ayah berkata “Iya nak, ayah dan ibu juga sayang sekali sama kamu nak”.
Ibu berkata “Coba menganga nak, ibu mau melihat gigimu”.
Doni menganga dan dalam hatinya bahagia karena ternyata ibu dan ayahnya tidak memarahinya, justru malah perhatian kepadanya.
Ibu berkata “Gigimu aman nak, sepertinya kamu belum terlambat memberi tahu ibu dan ayah kalau kamu sering makan cokelat dan permen setiap hari, jangan diulangi lagi ya nak, karena kalau makan cokelatnya setiap hari itu tidak baik untuk kesehtan gigi”.
Doni berkata “Iya ibu, ayah, Doni berjanji tidak akan makan cokelat dan permen dengan jumlah yang berlebihan lagi, tapi ayah, ibu gigi Doni rasanya linu sekali”.
Ayah berkata “Ya sudah kita ke dokter sore ini ya, agar gigimu enggak semakin parah, dan segera diobati”.
Doni mengatakan “Tapi ayah, Doni takut, Doni tidak mau kalau gigi Doni sampai dicabut”.
Ibu menjawab “Tidak akan dicabut nak, kan ibu sudah lihat gigi kamu tidak ada yang berlubang, kita periksa ya, agar segera dikasih obat dan bisa cepat sembuh, kalau kamu enggak mau berobat nanti tambah parah lo, memangnya kamu mau kalau sakitnya tambah parah?”.
Doni menjawab “Tidak bu, Doni mau cepat sembuh, ayo ibu, ayah, kita periksa sekarang” sambil menarik tangan ibu dan ayah agar segera beranjak dari sofa.
Setelah sampai di Klinik Gigi Sehat Doni diperiksa oleh Dokter Handika dan gigi Doni hanya mengalami sensitif ringan saja karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis, sehingga Doni hanya diberi obat pereda rasa linu, dan dilarang makan permen, cokelat, cup cake, es krim selama beberapa hari kedepan, hingga gigi Doni sembuh dan tidak linu lagi.
SELESAI...
Komentar
Posting Komentar