BUNGSU EMAK
Karya: Rizki Khuswatun Hasanah
Tapak kecil kaki mungil yang basah masih terlihat jelas
Punggung yang tertutup daging terlihat semakin menjauh dan hilang
Terlihat tubuh yang ringkih didekap kerasnya buana raya
Kulit berlapis keringat, mata hujan air mata
Letih begitu menikam dirinya
Berada ditengah jembatan titian menjadi dilema
Melangkah maju ragu hanya niskala yang terlihat
Mundur, ratapan kecewa menyorot dengan hunusan tajam menusuk relung
Berat, berat langkah ini kala terus bergerak kedepan
Pikiran yang tak pernah tenang bertarung denga ambisi
Gamang itu yang dirasa
Insan dunia tahu posisi ini efemeral
Rendum dan rinai tak pernah kekal mendekap
Itu, itulah yang aku ingat dari dekapan kata halus dari emak
Rangkaian kepercayaan darinya menjadi bekal si langkah mungil itu ditanah rantau yang keras
Hanya perlu si mungil ingat
Mendung tak pernah bertahan lama
Senja pun hanya sekejap
Selama baskara masih terus bersinar dan emak menadah
Anca buana tak pernah kekal
Harapan masih terdekap erat pada tubuh yang dihajar hebat
Lentera kirana masih mampu menarik raga ini untuk berjalan pasti
Pundak yang lelah tak pernah merintih
Seutas ingatan senyum lebar pelita hidup menjadi pecutan
Uluran tangan yang melambai untuk digenggam erat
Si mungil yang manja
Kini telah beranjak dewasa
Ditikam habis oleh dunia
Bertahan untuk lentera hidupnya
Dia yang tertahan, dia yang bertahan di dekap hangatnya rengkuhan eunoia
Komentar
Posting Komentar